“Ayo Kerja”.
Slogan ini dicanangkan Presiden ke-7 Republik Indonesia, Joko Widodo, di Tugu
Titik Nol Kilometer, Kota Sabang, Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), pada Maret
2015.
Hanya sebuah slogan? Bisa jadi iya, tergantung dari sudut mana melihat dan menilainya. Tapi, Presiden Joko Widodo juga punya hak untuk menjelaskan slogan yang dicanangkannya ini, toh.
Dalam pemikiran
sang presiden, “Ayo Kerja” bukan sekadar slogan. Tapi juga merupakan kata
dengan penekanan “Semangat dari Pergerakan Revolusi Mental, Revolusi Karakter,
dan Revolusi Berpikir”.
Penekanan itu secara resmi dimulai bertepatan dengan 70 tahun usia kemerdekaan Republik ini. 70 tahun bangsa Indonesia bebas dari cengkeraman penjajah kolonial. Dan, 70 tahun juga pergerakan dari slogan ini akan berlangsung.
Start resmi dimulai pada 17 Agustus 2015 dan resmi berakhir pada 17 Agustus 2085. Tahun di mana harapan yang dicanangkan dari sekarang itu sudah terwujud. Orang-orang tua Jawa suka bilang; dhuwur wekasene endhek wiwitane. Untuk bisa ke atas harus dimulai dari bawah. Ini artinya Presiden Joko Widodo yang juga orang Jawa sudah 100% benar untuk mencanangkan slogan ini dari Tugu Titik Nol Kilometer.
Durasi yang relatif lama, sebenarnya, untuk pemahaman kata pergerakan revolusi. Tapi kembali, niat dan itikad baik dari pencanangan slogan beserta seluruh tujuannya ini adalah sisi terbesar untuk menilainya. Alon-alon waton kelakon, amemayu hayuning buwana.
Dengan niat tulus, Presiden Joko Widodo mengajak seluruh rakyat Indonesia, tak terkecuali seluruh penyelenggara negara, untuk mendarma baktikan kerjanya bagi negerinya. Setelah 70 tahun berlalu, wajah Indonesia diharapkan sudah lebih cantik, indah, juga rahayu dan sejahtera dibanding sekarang.
Mungkin kalau pakai bahasa sederhana, maksud dan niatan sang presiden dari slogan ini adalah mengajak kerja gotong royong. Kerja gotong royong atas dasar niat ikhlas untuk bersama-sama membangun Indonesia menjadi hayuning buwana.
Bukan karena ada tendensi dan kepentingan pribadi. Sama-sama bekerja keras untuk membuat Indonesia indah. Bukan bekerja keras cuma demi membuat indah kantong masing-masing. Kalau Indonesia sudah indah, otomatis rakyatnya juga indah dan sejahtera.
Kembali, kalau orang Jawa bilang tukul saka niat.
Segala sesuatu itu dimulai dari niat.
Endhek wiwitane niatan Sang Presiden.
Dari Titik Nol.
Hanya sebuah slogan? Bisa jadi iya, tergantung dari sudut mana melihat dan menilainya. Tapi, Presiden Joko Widodo juga punya hak untuk menjelaskan slogan yang dicanangkannya ini, toh.
Penekanan itu secara resmi dimulai bertepatan dengan 70 tahun usia kemerdekaan Republik ini. 70 tahun bangsa Indonesia bebas dari cengkeraman penjajah kolonial. Dan, 70 tahun juga pergerakan dari slogan ini akan berlangsung.
Start resmi dimulai pada 17 Agustus 2015 dan resmi berakhir pada 17 Agustus 2085. Tahun di mana harapan yang dicanangkan dari sekarang itu sudah terwujud. Orang-orang tua Jawa suka bilang; dhuwur wekasene endhek wiwitane. Untuk bisa ke atas harus dimulai dari bawah. Ini artinya Presiden Joko Widodo yang juga orang Jawa sudah 100% benar untuk mencanangkan slogan ini dari Tugu Titik Nol Kilometer.
Durasi yang relatif lama, sebenarnya, untuk pemahaman kata pergerakan revolusi. Tapi kembali, niat dan itikad baik dari pencanangan slogan beserta seluruh tujuannya ini adalah sisi terbesar untuk menilainya. Alon-alon waton kelakon, amemayu hayuning buwana.
Dengan niat tulus, Presiden Joko Widodo mengajak seluruh rakyat Indonesia, tak terkecuali seluruh penyelenggara negara, untuk mendarma baktikan kerjanya bagi negerinya. Setelah 70 tahun berlalu, wajah Indonesia diharapkan sudah lebih cantik, indah, juga rahayu dan sejahtera dibanding sekarang.
Mungkin kalau pakai bahasa sederhana, maksud dan niatan sang presiden dari slogan ini adalah mengajak kerja gotong royong. Kerja gotong royong atas dasar niat ikhlas untuk bersama-sama membangun Indonesia menjadi hayuning buwana.
Bukan karena ada tendensi dan kepentingan pribadi. Sama-sama bekerja keras untuk membuat Indonesia indah. Bukan bekerja keras cuma demi membuat indah kantong masing-masing. Kalau Indonesia sudah indah, otomatis rakyatnya juga indah dan sejahtera.
Kembali, kalau orang Jawa bilang tukul saka niat.
Segala sesuatu itu dimulai dari niat.
Endhek wiwitane niatan Sang Presiden.
Dari Titik Nol.