Seorang anak masuk kategori usia dini saat usianya berada di rentang 0 hingga 6 tahun. Pada usia ini, otak berkembang sangat cepat hingga 50% . Seluruh informasi bakal diserap tanpa adanya filter baik dan buruk. Jika informasi yang diserap kebanyakan baik, maka pembentukan dan perkembangan fisik, mental dan spiritual si anak menjadi ikut baik.Sebaliknya, jika informasi yang diserap kebanyakan negatif, maka perkembangan si anak juga akan cenderung negatif.
Pengertian ini pernah ditegaskan seorang ahli perkembangan dan perilaku anak di Amerika Serikat bernama Brazelton. Menurutnya, pengalaman anak pada bulan dan tahun pertama hidupnya akan sangat menentukan kemampuannya untuk menghadapi tantangan dalam hidupnya. Apakah dia akan punya semangat tinggi untuk belajar? Apakah dia juga punya semangat tinggi untuk mencapai keberhasilan dalam pekerjaannya? Atau justru sebaliknya.
Berkaitan dengan anak usia dini, sebuah penelitian di Amerika Serikat juga mengungkapkan sekitar 50% kapabilitaas kecerdasan orang dewasa itu justru terbentuk saat dirinya masih berusia 4 tahun. Menginjak usia 8 tahun, perkembangan jaringan otak melaju pesat hingga 80%, dan mencapai puncaknya saat si anak berusia 18 tahun. Setelah itu tak ada lagi perkembangan kognitif yang pesat meskipun mengonsumsi banyak nutrisi.
Sungguh vital nian perkembangan otak dengan segala konsekuensi pengaruh yang ditimbulkan untuk si anak saat berada di rentang usia dini. Bisa menjadi fase usia emas untuknya, atau malah menjadi fase usia abal-abal baginya. Tergantung informasi jenis apa yang dominan diserap oleh otak si anak. Jika fase emas ini terlewatkan tanpa hasil, maka hal itu tak kan bisa diperoleh lagi.
Pemahaman dan pengertian inilah yang menjadi pendorong PT Astra International Tbk untuk lebih peduli dengan perkembangan anak di usia dini. Melalui program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) yang terangkum dalam Semangat Astra Terpadu Untuk Indonesia (SATU Indonesia), sejak tahun 2010 Astra membuat pelatihan dan pembinaan untuk kader Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Tak ketinggalan juga turut dibangun dan direnovasi sejumlah lembaga PAUD yang sudah terdata di Astra.
Upaya ini cuma sejengkal dari panjangnya langkah program tanggung jawab sosial Astra bersama sembilan yayasannya yang sudah berjalan selama 40 tahun. Program CSR Astra bersama kesembilan yayasannya itu tercanang dengan empat pilar utama yaitu, pendidikan, lingkungan, usaha kecil dan menengah (UKM), dan kesehatan.
Kesembilan yayasan Astra yang dimaksudkan itu adalah, Yayasan Toyota & Astra, Yayasan Dharma Bhakti Astra, Yayasan Astra Bina Ilmu, Yayasan Astra Honda Motor, Yayasan Amaliah Astra, Yayasan Karya Bakti United Tractors, Yayasan Pendidikan Astra Michael D. Ruslim, Yayasan Astra Agro Lestari, dan Yayasan Insan Mulia Pamapersada Nusantara.
Optimalisasi Jenjang PAUD
Kini kembali ke soal kepedulian Astra terhadap PAUD. Berdasarkan data CSR Astra untuk bidang pendidikan, sampai saat itu tercatat ada 72 PAUD di Jabodetabek yang sudah merasakan pembinaan langsung dari Astra. Sebanyak 856 kader PAUD Binaan Astra juga sudah mendapat pelatihan melalui empat kali gelaran kegiatan pendidikan dan latihan (diklat). Tak cuma kader PAUD, sebanyak 4.480 orang tua anak dan anggota masyarakat juga diberikan pembinaan dan pelatihan parenting. Pembinaan dan pelatihan ini bertujuan untuk membekali orang tua anak dan lingkungan masyarakat agar punya kemampuan untuk bersama-sama mendidik, mengasuh dan melindungi anak.
Pembinaan yang dilakukan untuk program PAUD Astra ini adalah mengembangkan software dan hardware. Pola software adalah pengembangan kurikulum PAUD secara tematik. Pola pengembangan ini mencakup inovasi pengajaran, pendampingan manajemen administrasi PAUD, pendidikan kompetensi pendidik, peningkatan parenting untuk orang tua, serta pembinaan kesadaran masyarakat untuk mengasuh dan melindungi anak. Sedangkan untuk pengembangan hardware menyangkut pembangunan gedung PAUD dan penyediaan sarana belajar dan alat peraga edukatif.
Dari pola pengembangan ini, terlihat jelas bahwa Astra tak cuma berfokus pada peran tenaga pendidik untuk menjaga dan mengembangkan fisik, mental serta spiritual si anak. Peran orang tua dan lingkungan juga masuk dalam perhatian besar Astra. Waktu dan eksistensi si anak yang lebih banyak di rumah dan bersosialisasi dengan lingkungan sekitar menjadi alasan kuat perlu juga dilakukan pembinaan terhadap orang tua si anak.
Alasan Astra ini, mungkin, bisa juga dikaitkan dengan contoh gagal atau tak optimalnya seorang anak mendapatkan pendidikan dan pembinaan bermutu sejak masih berada di usia dini. Kasus kebrutalan Geng Hello Kitty di Yogyakarta yang terungkap pada Februari 2015, adalah satu contoh kegagalan si anak untuk memaksimalkan fase masa emas. Hello Kitty adalah geng siswi sebuah sekolah menengah atas di Dusan Saman, Desa Bangunharjo, Yogyakarta. Geng ini diketahui punya kegiatan sadis dan di luar kemanusiaan. Mereka berani menyekap dan menyiksa siswi SMA yang bukan anggota geng mereka dengan cara yang sangat tega.
“Terungkapnya aksi sadis Geng Hello Kitty adalah sebuah fenomena yang harus diwaspadai sebagai prioritas. Apalagi para anggotanya adalah anak-anak yang merupakan generasi muda penerus bangsa. Contoh kegagalan mendidik seorang anak,” ungkap Kriminolog Universitas Indonesia, Purnianti.
Menurut Purnianti, ada tiga faktor yang wajib menjadi sektor prioritas untuk diawasi dari terungkapnya fenomena tersebut. Pertama adalah rumah. Sebagai tempat berlindung sekaligus tinggal anak, rumah kerap menjadi titik awal munculnya perilaku kekerasan oleh anak. Faktor kedua adalah lingkungan bermain si anak. Lingkungan rute perjalanan anak dapat menjadi penyebab munculnya perilaku buruk anak. Lingkungan yang sering mempertontonkan kekerasan juga menjadi penyebab budaya kriminal di pelajar. Dan terakhir adalah lingkungan sekolah sebagai faktor ketiga. Sekolah, kata Purnianti, juga berpotesi besar sebagai titik picu munculnya sikap kriminal anak
Berkaca dari pernyataan ini, Purnianti jelas berpikir bahwa rumah dan lingkungan sekitar adalah dua faktor penting yang sangat berpengaruh dalam proses pendidikan dan pembinaan anak. Sama dengan pemikiran program PAUD Astra yang juga memberi penekanan pembinaan dan pelatihan peranan orang tua dan lingkungan.
Gebyar PAUD
Selain melakukan program CSR PAUD Astra atau enaknya disebut Astra Peduli PAUD, kiprah PT Astra International Tbk di dunia PAUD juga ditunjukkan dengan berpartisipasi pada acara Gebyar PAUD.Tahun ini, penyelenggaraan Gebyar PAUD diadakan pada bulan Maret di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur. Dan Astra untuk kali kedua menjadi satu-satunya perusahaan swasta yang diajak dan dipercaya oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk terlibat. Pada Gebyar PAUD tahun 2015 ini juga turut dikukuhkan Ibu Negara Iriana Joko Widodo sebagai Bunda PAUD Indonesia.
Keterlibatan Astra di acara Gebyar PAUD, seperti diakui Direktur Pembinaan PAUD Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Erman Syamsuddin, adalah bentuk pengakuan sekaligus apresiasi pemerintah terhadap kepedulian Astra di bidang pendidikan, khususnya PAUD.
“Astra adalah satu-satunya perusahaan swasta yang punya kesadaran tinggi terhadap pembinaan PAUD di Indonesia. Pemerintah sangat mengapresiasi hal tersebut dan juga sangat berterima kasih kepada Astra,” aku Erman Syamsuddin.
Ucapan terima kasih untuk kepedulian tinggi Astra terhadap dunia PAUD Indonesia juga disampaikan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan. Dalam sambutannya saat pengukuhan Ibu Negara Iriana Joko Widodo sebagai Bunda PAUD Indonesia, Menteri Anies berujar; “Terima kasih kepada Astra yang senantiasa selalu menjadi mitra pengembangan PAUD di Indonesia.”
CSR Pendidikan Selain PAUD
Kepedulian PT Astra International Tbk terhadap dunia PAUD di Indonesia hanya sebagian raut dari potret utuh wajah program CSR Astra di bidang pendidikan. Kepedulian Astra di bidang pendidikan terangkai sejak anak sejak usia dini hingga usia anak remaja beranjak ke dewasa, termasuk kepedulian terhadap sumber daya manusia (SDM) pengajar dan fisik lembaga pendidikannya.
Catatan CSR Astra untuk bidang pendidikan hingga tahun 2014 tertulis penyaluran paket beasiswa sebanyak 159.245. Lalu pembinaan terhadap 13.262 sekolah, dan pembinaan untuk 28.199 tenaga pengajar. Di luar itu, CSR Astra bidang pendidikan juga membuat program kegiatan pendidikan dalam bentuk lain.
Berkaitan dengan anak usia dini, sebuah penelitian di Amerika Serikat juga mengungkapkan sekitar 50% kapabilitaas kecerdasan orang dewasa itu justru terbentuk saat dirinya masih berusia 4 tahun. Menginjak usia 8 tahun, perkembangan jaringan otak melaju pesat hingga 80%, dan mencapai puncaknya saat si anak berusia 18 tahun. Setelah itu tak ada lagi perkembangan kognitif yang pesat meskipun mengonsumsi banyak nutrisi.
Sungguh vital nian perkembangan otak dengan segala konsekuensi pengaruh yang ditimbulkan untuk si anak saat berada di rentang usia dini. Bisa menjadi fase usia emas untuknya, atau malah menjadi fase usia abal-abal baginya. Tergantung informasi jenis apa yang dominan diserap oleh otak si anak. Jika fase emas ini terlewatkan tanpa hasil, maka hal itu tak kan bisa diperoleh lagi.
Pemahaman dan pengertian inilah yang menjadi pendorong PT Astra International Tbk untuk lebih peduli dengan perkembangan anak di usia dini. Melalui program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) yang terangkum dalam Semangat Astra Terpadu Untuk Indonesia (SATU Indonesia), sejak tahun 2010 Astra membuat pelatihan dan pembinaan untuk kader Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Tak ketinggalan juga turut dibangun dan direnovasi sejumlah lembaga PAUD yang sudah terdata di Astra.
Upaya ini cuma sejengkal dari panjangnya langkah program tanggung jawab sosial Astra bersama sembilan yayasannya yang sudah berjalan selama 40 tahun. Program CSR Astra bersama kesembilan yayasannya itu tercanang dengan empat pilar utama yaitu, pendidikan, lingkungan, usaha kecil dan menengah (UKM), dan kesehatan.
Kesembilan yayasan Astra yang dimaksudkan itu adalah, Yayasan Toyota & Astra, Yayasan Dharma Bhakti Astra, Yayasan Astra Bina Ilmu, Yayasan Astra Honda Motor, Yayasan Amaliah Astra, Yayasan Karya Bakti United Tractors, Yayasan Pendidikan Astra Michael D. Ruslim, Yayasan Astra Agro Lestari, dan Yayasan Insan Mulia Pamapersada Nusantara.
Optimalisasi Jenjang PAUD
Kini kembali ke soal kepedulian Astra terhadap PAUD. Berdasarkan data CSR Astra untuk bidang pendidikan, sampai saat itu tercatat ada 72 PAUD di Jabodetabek yang sudah merasakan pembinaan langsung dari Astra. Sebanyak 856 kader PAUD Binaan Astra juga sudah mendapat pelatihan melalui empat kali gelaran kegiatan pendidikan dan latihan (diklat). Tak cuma kader PAUD, sebanyak 4.480 orang tua anak dan anggota masyarakat juga diberikan pembinaan dan pelatihan parenting. Pembinaan dan pelatihan ini bertujuan untuk membekali orang tua anak dan lingkungan masyarakat agar punya kemampuan untuk bersama-sama mendidik, mengasuh dan melindungi anak.
Pembinaan yang dilakukan untuk program PAUD Astra ini adalah mengembangkan software dan hardware. Pola software adalah pengembangan kurikulum PAUD secara tematik. Pola pengembangan ini mencakup inovasi pengajaran, pendampingan manajemen administrasi PAUD, pendidikan kompetensi pendidik, peningkatan parenting untuk orang tua, serta pembinaan kesadaran masyarakat untuk mengasuh dan melindungi anak. Sedangkan untuk pengembangan hardware menyangkut pembangunan gedung PAUD dan penyediaan sarana belajar dan alat peraga edukatif.
Dari pola pengembangan ini, terlihat jelas bahwa Astra tak cuma berfokus pada peran tenaga pendidik untuk menjaga dan mengembangkan fisik, mental serta spiritual si anak. Peran orang tua dan lingkungan juga masuk dalam perhatian besar Astra. Waktu dan eksistensi si anak yang lebih banyak di rumah dan bersosialisasi dengan lingkungan sekitar menjadi alasan kuat perlu juga dilakukan pembinaan terhadap orang tua si anak.
Alasan Astra ini, mungkin, bisa juga dikaitkan dengan contoh gagal atau tak optimalnya seorang anak mendapatkan pendidikan dan pembinaan bermutu sejak masih berada di usia dini. Kasus kebrutalan Geng Hello Kitty di Yogyakarta yang terungkap pada Februari 2015, adalah satu contoh kegagalan si anak untuk memaksimalkan fase masa emas. Hello Kitty adalah geng siswi sebuah sekolah menengah atas di Dusan Saman, Desa Bangunharjo, Yogyakarta. Geng ini diketahui punya kegiatan sadis dan di luar kemanusiaan. Mereka berani menyekap dan menyiksa siswi SMA yang bukan anggota geng mereka dengan cara yang sangat tega.
“Terungkapnya aksi sadis Geng Hello Kitty adalah sebuah fenomena yang harus diwaspadai sebagai prioritas. Apalagi para anggotanya adalah anak-anak yang merupakan generasi muda penerus bangsa. Contoh kegagalan mendidik seorang anak,” ungkap Kriminolog Universitas Indonesia, Purnianti.
Menurut Purnianti, ada tiga faktor yang wajib menjadi sektor prioritas untuk diawasi dari terungkapnya fenomena tersebut. Pertama adalah rumah. Sebagai tempat berlindung sekaligus tinggal anak, rumah kerap menjadi titik awal munculnya perilaku kekerasan oleh anak. Faktor kedua adalah lingkungan bermain si anak. Lingkungan rute perjalanan anak dapat menjadi penyebab munculnya perilaku buruk anak. Lingkungan yang sering mempertontonkan kekerasan juga menjadi penyebab budaya kriminal di pelajar. Dan terakhir adalah lingkungan sekolah sebagai faktor ketiga. Sekolah, kata Purnianti, juga berpotesi besar sebagai titik picu munculnya sikap kriminal anak
Berkaca dari pernyataan ini, Purnianti jelas berpikir bahwa rumah dan lingkungan sekitar adalah dua faktor penting yang sangat berpengaruh dalam proses pendidikan dan pembinaan anak. Sama dengan pemikiran program PAUD Astra yang juga memberi penekanan pembinaan dan pelatihan peranan orang tua dan lingkungan.
Gebyar PAUD
Selain melakukan program CSR PAUD Astra atau enaknya disebut Astra Peduli PAUD, kiprah PT Astra International Tbk di dunia PAUD juga ditunjukkan dengan berpartisipasi pada acara Gebyar PAUD.Tahun ini, penyelenggaraan Gebyar PAUD diadakan pada bulan Maret di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur. Dan Astra untuk kali kedua menjadi satu-satunya perusahaan swasta yang diajak dan dipercaya oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk terlibat. Pada Gebyar PAUD tahun 2015 ini juga turut dikukuhkan Ibu Negara Iriana Joko Widodo sebagai Bunda PAUD Indonesia.
Keterlibatan Astra di acara Gebyar PAUD, seperti diakui Direktur Pembinaan PAUD Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Erman Syamsuddin, adalah bentuk pengakuan sekaligus apresiasi pemerintah terhadap kepedulian Astra di bidang pendidikan, khususnya PAUD.
“Astra adalah satu-satunya perusahaan swasta yang punya kesadaran tinggi terhadap pembinaan PAUD di Indonesia. Pemerintah sangat mengapresiasi hal tersebut dan juga sangat berterima kasih kepada Astra,” aku Erman Syamsuddin.
Ucapan terima kasih untuk kepedulian tinggi Astra terhadap dunia PAUD Indonesia juga disampaikan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan. Dalam sambutannya saat pengukuhan Ibu Negara Iriana Joko Widodo sebagai Bunda PAUD Indonesia, Menteri Anies berujar; “Terima kasih kepada Astra yang senantiasa selalu menjadi mitra pengembangan PAUD di Indonesia.”
CSR Pendidikan Selain PAUD
Kepedulian PT Astra International Tbk terhadap dunia PAUD di Indonesia hanya sebagian raut dari potret utuh wajah program CSR Astra di bidang pendidikan. Kepedulian Astra di bidang pendidikan terangkai sejak anak sejak usia dini hingga usia anak remaja beranjak ke dewasa, termasuk kepedulian terhadap sumber daya manusia (SDM) pengajar dan fisik lembaga pendidikannya.
Catatan CSR Astra untuk bidang pendidikan hingga tahun 2014 tertulis penyaluran paket beasiswa sebanyak 159.245. Lalu pembinaan terhadap 13.262 sekolah, dan pembinaan untuk 28.199 tenaga pengajar. Di luar itu, CSR Astra bidang pendidikan juga membuat program kegiatan pendidikan dalam bentuk lain.
Astra Workshop Program (AWP) adalah salah satu contoh dari kegiatan lain dimaksud. Kegiatan untuk tahun 2014 diikuti oleh 80 mahasiswa dari 14 universitas di Pulau Jawa. Ke-80 mahasiswa peserta AWP adalah hasil seleksi program Astra 1st yang pendaftarannya diikuti 5.590 mahasiswa. Mahasiswa peserta AWP ini berasal dari Institut Teknologi Bandung, Institut Teknologi Surabaya, Universitas Brawijaya, Universitas Indonesia, Unversitas Diponegoro, Universitas Gajah Mada, Universitas Airlangga, Universitas Padjajaran, Universitas Atmajaya Jakarta, Universitas Atmajaya Yogyakarta, Universitas Parahyangan, Universitas Bina Nusantara dan Prasetya Mulya Business School.
Kegiatan AWP adalah bagian dari program Astra 1st yang dimulai sejak tahun 2011. Program ini adalah program pemberian bantuan pendidikan dan pengembangan diri dalam bentuk soft dan technical competencies selama setahun dari PT Astra International Tbk. Persyaratan mahasiswa yang bisa mendaftar ikut seleksi program ini adalah mahasiswa jenjang strata satu (S1) yang aktif menjalani perkuliahan dari semester tiga hingga tujuh dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) minimal 3.00. Persyaratan lainya adalah mahasiswa yang mendaftar seleksi harus aktif mengikuti kegiatan sosial dan tak sedang menerima beasiswa dari perusahaan atau institusi lain.
Selain Astra 1st dengan kegiatan AWP, program CSR Astra bidang pendidikan juga menelurkan Program Rumah Pintar, Astra Berbagi Ilmu, serta mewujudkan Sekolah Adiwiyata atau sekolah yang berwawasan lingkungan. Program Rumah Pintar lahir di masa pemerintahan Presiden Susilo BambangYudhoyono. Program ini dibuat Astra bekerjasama dengan Yayasan Pendidikan Astra dan Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu (SIKIB) melalui pembangunan wahana tempat belajar ibu dan anak dengan berbagai sumber pembelajaran.
Wahana yang dinamai Rumah Pintar itu terdiri dari lima sentra yakni, sentra buku, sentra alat permainan edukatif, sentra audio visual dan panggung, sentra komputer dan sentra kriya. Sejak kali pertama digulirkan pada tahun 2013, sudah terbangun 20 Rumah Pintar di 11 provinsi, di mana dua di antaranya ada di Jakarta yakni di Kelurahan Warakas dan Kelurahan Kebon Bawang, Jakarta Utara.
Lalu ada program Astra Berbagi Ilmu, di mana kegiatan ini adalah cara Astra untuk berbagi informasi praktis tentang kehidupan sehari-hari kepada siswa sekolah menengah atas. Dengan menggandeng sejumlah anak perusahaan seperti PT Astra Honda Motor, PT Asuransi Astra Buana dan PT Astra World, para siswa diberikan pengajaran seperti keterampilan safety riding, cara hemat berkendara, teknologi otomotif, hingga pemahaman tentang AIDS dan house keeping. Ada enam sekolah menengah atas di Jakarta yang sudah merasakan program ini. Keenam sekolah itu adalah SMAN 77 Cempaka Putih, SMAN 80 Sunter, SMAN 13 Koja, SMKN 19 Bendungan Hilir, SMAN 18 dan SMKN 26 Rawamangun.
Sementara program Mewujudkan Sekolah Adiwiyata adalah kegiatan PT Astra International Tbk untuk mendukung program Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Agama dan Kementerian Lingkungan Hidup. Sekolah Adiwiyata sejatinya adalah program kerja sama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Agama dan Kementerian Lingkungan Hidup. Program ini dimulai tahun 1996, kemudian diperbarui tahun 2005 dan di-update lagi tahun 2010.
Tujuan program ini adalah untuk menciptakan warga sekolah yang bertanggung jawab terhadap upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup melalui tata kelola sekolah yang baik. Upaya untuk mewujudkan Sekolah Adiwiyata inilah yang kemudian didampingi oleh PT Astra International Tbk. Di tahun 2013 Astra mendampingi SDN 05 Kelurahan Sungai Bambu untuk membantu proses transformasi sekolah itu menjadi Sekolah Adiwiyata Nasional Mandiri.
Kegiatan AWP adalah bagian dari program Astra 1st yang dimulai sejak tahun 2011. Program ini adalah program pemberian bantuan pendidikan dan pengembangan diri dalam bentuk soft dan technical competencies selama setahun dari PT Astra International Tbk. Persyaratan mahasiswa yang bisa mendaftar ikut seleksi program ini adalah mahasiswa jenjang strata satu (S1) yang aktif menjalani perkuliahan dari semester tiga hingga tujuh dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) minimal 3.00. Persyaratan lainya adalah mahasiswa yang mendaftar seleksi harus aktif mengikuti kegiatan sosial dan tak sedang menerima beasiswa dari perusahaan atau institusi lain.
Selain Astra 1st dengan kegiatan AWP, program CSR Astra bidang pendidikan juga menelurkan Program Rumah Pintar, Astra Berbagi Ilmu, serta mewujudkan Sekolah Adiwiyata atau sekolah yang berwawasan lingkungan. Program Rumah Pintar lahir di masa pemerintahan Presiden Susilo BambangYudhoyono. Program ini dibuat Astra bekerjasama dengan Yayasan Pendidikan Astra dan Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu (SIKIB) melalui pembangunan wahana tempat belajar ibu dan anak dengan berbagai sumber pembelajaran.
Wahana yang dinamai Rumah Pintar itu terdiri dari lima sentra yakni, sentra buku, sentra alat permainan edukatif, sentra audio visual dan panggung, sentra komputer dan sentra kriya. Sejak kali pertama digulirkan pada tahun 2013, sudah terbangun 20 Rumah Pintar di 11 provinsi, di mana dua di antaranya ada di Jakarta yakni di Kelurahan Warakas dan Kelurahan Kebon Bawang, Jakarta Utara.
Lalu ada program Astra Berbagi Ilmu, di mana kegiatan ini adalah cara Astra untuk berbagi informasi praktis tentang kehidupan sehari-hari kepada siswa sekolah menengah atas. Dengan menggandeng sejumlah anak perusahaan seperti PT Astra Honda Motor, PT Asuransi Astra Buana dan PT Astra World, para siswa diberikan pengajaran seperti keterampilan safety riding, cara hemat berkendara, teknologi otomotif, hingga pemahaman tentang AIDS dan house keeping. Ada enam sekolah menengah atas di Jakarta yang sudah merasakan program ini. Keenam sekolah itu adalah SMAN 77 Cempaka Putih, SMAN 80 Sunter, SMAN 13 Koja, SMKN 19 Bendungan Hilir, SMAN 18 dan SMKN 26 Rawamangun.
Sementara program Mewujudkan Sekolah Adiwiyata adalah kegiatan PT Astra International Tbk untuk mendukung program Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Agama dan Kementerian Lingkungan Hidup. Sekolah Adiwiyata sejatinya adalah program kerja sama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Agama dan Kementerian Lingkungan Hidup. Program ini dimulai tahun 1996, kemudian diperbarui tahun 2005 dan di-update lagi tahun 2010.
Tujuan program ini adalah untuk menciptakan warga sekolah yang bertanggung jawab terhadap upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup melalui tata kelola sekolah yang baik. Upaya untuk mewujudkan Sekolah Adiwiyata inilah yang kemudian didampingi oleh PT Astra International Tbk. Di tahun 2013 Astra mendampingi SDN 05 Kelurahan Sungai Bambu untuk membantu proses transformasi sekolah itu menjadi Sekolah Adiwiyata Nasional Mandiri.
Terwujudnya SDN 05 Kelurahan Sungai Bambu sebagai Sekolah Adiwiyata Nasional Mandiri kemudian ditularkan ke sekolah lain dengan nama Sekolah Imbas Adiwiyata. Saat ini ada 15 sekolah dasar di Jakarta yang tergabung dalam Sekolah Imbas Adiwiyata. Ke-15 sekolah ini mendapat sosialisasi dari PT Astra International Tbk tentang tujuan program Sekolah Imbas Adiwiyata, workshop mengenai pengelolaan sampah, praktik composting dan sarana composting. Tak ketinggalan juga diberikan bantuan sarana komputer dan pendampingan untuk kurikulum berbasis lingkungan di Sekolah Imbas Adiwiyata.
Satu lagi program CSR Astra bidang pendidikan yang juga harus diketahui adalah program untuk jenjang sekolah menengah pertama. Satu program berbentuk pengembangan sekolah unggul berkarakter dilahirkan PT Astra International Tbk untuk siswa siswi Indonesia di jenjang ini. Program ini adalah pengembangan pendidikan dalam bentuk membangun budaya berprestasi dan semangat kemajuan untuk mewujudkan pendidikan sekolah berkarakter.
Satu lagi program CSR Astra bidang pendidikan yang juga harus diketahui adalah program untuk jenjang sekolah menengah pertama. Satu program berbentuk pengembangan sekolah unggul berkarakter dilahirkan PT Astra International Tbk untuk siswa siswi Indonesia di jenjang ini. Program ini adalah pengembangan pendidikan dalam bentuk membangun budaya berprestasi dan semangat kemajuan untuk mewujudkan pendidikan sekolah berkarakter.
Dan kembali berdasarkan data CSR Astra tahun 2013, sekolah yang mendapatkan program CSR ini adalah SMPN 92 sebagai sekolah unggulan berprestasi, SMPN 129 sebagai Sekolah Adiwiyata dan SMP Mekar Tanjung sebagai sekolah berbasis wirausaha.