Pada Desember 2015, Ikatan Citra Alumni Taiwan Indonesia (ICATI) menggelar seremoni penyerahan tongkat kepemimpinan organisasi dari Rini Lestari kepada Rudy Kianto. Nakhoda baru organisasi sudah terpilih dan siap bekerja. Sedangkan nakhoda lama mundur teratur dari berbagai aktivitasnya di organisasi ini. Seperti itulah kondisi struktural organisasi ICATI sekarang ini.
Namun begitu, mundurnya sosok Rini Lestari dari jabatan struktur organisasi tak mengartikan dirinya akan mudah melepaskan diri dari segala aktivitas ICATI.
Bukan apa. Selama dua periode kepemimpinannya, sudah banyak ‘jejak emas’ yang ia buat untuk organisasi. ‘Jejak emas’ tersebut juga bisa diikuti oleh pemimpin berikutnya untuk setidaknya mempertahankan eksistensi ICATI, khususnya di bidang pendidikan, seperti sekarang ini.
ICATI sendiri adalah sebuah komunitas sekaligus organisasi yang mewadahi para putra-putri Indonesia yang pernah menuntut ilmu di Bumi Formosa, Taiwan. Organisasi ini sudah ada dan eksis sejak tahun 1968. Hanya saja gaung roda kegiatannya relatif senyap. Kalau pun ada kegiatan, bisa dihitung dengan jari yang sampai terpublikasi ke khalayak umum.
Rini Lestari |
Putaran roda kegiatan ICATI yang senyap ini baru lebih terdengar gerakannya pada tahun 2009. Tahun di mana untuk kali pertama Rini Lestari terpilih sebagai ketua umum ICATI. Naiknya alumni National Taiwan University (NTU) ini juga tak lepas dari terobosan aktivitas yang ia gerakkan sebagai pimpinan ICATI cabang DKI Jakarta.
Karena dilihat piawai dan punya kemampuan untuk memimpin dan lebih menghidupkan organisasi, seluruh jajaran pengurus ICATI dari sembilan cabang provinsi kala itu mufakat untuk mendaulat Rini Lestari yang berstatus ketua ICATI cabang DKI Jakarta untuk juga menjadi pimpinan ICATI pusat.
“Ketika itu saya berinisiatif membuat gerakan kegiatan pengobatan gratis untuk korban gempa bumi di Padang dan korban tanah longsor di Cianjur. Saya juga gandeng lembaga swadaya masyarakat di kegiatan ini dan berjalan sukses. Mungkin, banyak yang tak menyangka ICATI Jakarta ketika itu bisa melakukan kegiatan seperti ini,” terang Rini Lestari.
Saat dirinya didapuk sebagai ketua umum ICATI, lanjut Rini, hal pertama yang ia pikirkan adalah membuat langkah terobosan untuk lebih mengembangkan dan mengenalkan ICATI kepada masyarakat Indonesia.
Apa yang ia pikirkan?
“Karena ICATI adalah komunitas alumni pelajar dan mahasiswa Indonesia lulusan Taiwan, saya ketika itu cenderung untuk lebih menghidupkan organisasi ini lewat jalur pendidikan. Saya ingin masyarakat Indonesia tahu ICATI dan juga tahu kualitas serta sistem pendidikan di Taiwan,” jabar ibu dari tiga orang anak ini.
“Dan sudah menjadi tugas para alumni pendidikan Taiwan di Indonesia untuk lebih aktif menyosialisasikan informasi pendidikan Taiwan ke masyarakat Indonesia,” imbuhnya lagi.
Dikatakan Rini, saat dirinya menjabat sebagai ketua umum ICATI dan ketua ICATI cabang DKI Jakarta, masih sedikit masyarakat Indonesia yang tahu standar kualitas dan sistem pendidikan di Taiwan. Kecenderungan masyarakat Indonesia ketika itu lebih memilih melanjutkan pendidikan ke Eropa, Amerika, dan Australia.
Kalau pun memilih zona Asia, pilihan terbanyak adalah ke Singapura, Jepang, dan Tiongkok. Sementara Taiwan tak masuk dalam nominasi pilihan.
“Itulah yang coba saya ubah bersama ICATI. Kita harus beberkan informasi sebenarnya bahwa standar kualitas di Taiwan itu sejajar dengan Amerika dan Eropa, namun biaya pendidikannya lebih murah, bahkan jauh lebih murah ketimbang sekolah atau kuliah di Singapura dan Australia, bahkan juga di Indonesia,” tutur Rini.
Terobosan
Rini mengisahkan, pemikiran-pemikiran yang ia sebutkan di atas itu menjadi dasar pijakannya untuk membuat sejumlah terobosan semasa menjadi pemimpin di organisasi ICATI, termasuk Federasi Alumni Taiwan Dunia.
Rini menjabat sebagai ketua ICATI Jakarta selama dua periode yakni 2008 – 2010 dan 2010 – 2012. Jabatan ini juga ia rangkap sebagai ketua umum ICATI periode 2009 – 2012 dan 2012 – 2015. Dan menjadi triple jabatan saat menjadi pemimpin Federasi Alumni Taiwan Dunia untuk periode 2012 – 2014.
Artinya, di rentang waktu itulah berbagai kegiatan, khususnya bidang pendidikan, ia galakkan untuk membuat putaran roda aktivitas organisasi kencang bergerak. Beberapa di antaranya adalah reguler memberangkatkan puluhan kepala sekolah di Indonesia ke Taiwan untuk melakukan studi banding. Rini juga mengemas lebih apik program summer camp – satu tradisi lama ICATI yang memberangkatkan para pelajar Indonesia untuk studi banding sekaligus liburan ke Taiwan.
“Dulu peserta summer camp ICATI paling puluhan pelajar. Sekarang sudah ratusan pelajar yang kita berangkatkan setiap tahun di periode Juni – Juli. Hasilnya banyak dari mereka yang berhasil mengambil program beasiswa untuk melanjutkan pendidikan di Taiwan,” kata Rini yang kini menjabat sebagai wakil ketua Indonesia Taiwan Business Council dengan mimik semringah.
Terobosan lain yang juga dilakukannya semasa memimpin ICATI adalah bekerjasama dengan Departemen Pendidikan Taiwan untuk menggelar Taiwan Higher Education Fair setiap tahun di sejumlah kota di Indonesia. Pameran ini sudah berlangsung tiga kali dan diikuti antara 35 hingga 40 perguruan tinggi di Taiwan.
Untuk lebih mengakrabkan informasi pendidikan Taiwan di Indonesia, Rini Lestari juga menggagas berdirinya Jakarta Taiwan Education Centre (JTEC) sebagai kepanjangan tangan ICATI untuk lebih fokus dan profesional berkiprah di bidang pendidikan. Lembaga ini juga mempublikasikan nomor telepon 021-62302058/59 yang bisa dihubungi kapan saja dan oleh siapa saja yang ingin tahu lebih jelas informasi pendidikan di Taiwan.
Menjelang akhir masa jabatannya, sebuah program kerjasama dengan Departemen Pendidikan Taiwan untuk menyediakan kuota siswa dari Indonesia juga sudah dijalankan. Program di luar bidang pendidikan juga dibuat yakni dengan menjalin kerjasama antara Changhua Christian Hospital dengan sejumlah rumah sakit di Sumatera Utara.
Selain rutin mengadakan seminar kesehatan, program ini juga memasukkan agenda memberangkatkan para perawat rumah sakit untuk menjalani training di Taiwan. Sedangkan dalam kapasitasnya sebagai pemimpin Federasi Alumni Taiwan Dunia, Rini juga rutin mengadakan konsolidasi dengan alumni Taiwan di seluruh dunia.
Saat kali pertama Rini menjabat sebagai ketua umum ICATI, organisasi dengan anggota tercatat sekitar 6.000 orang ini baru memiliki sembilan cabang di Indonesia. Cabang ke-10 yakni ICATI Riau dibentuknya untuk menggenapi cabang yang sudah ada sebelumnya yakni, DKI Jakarta, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, dan Bali.
Dan terakhir pada November 2015 atau beberapa hari sebelum jabatannya berakhir, sembilan organisasi underbouw ICATI juga dideklarasi yakni alumni NTU, CKU, TKU, CCU, THU, CYU, FRU, FCU, dan SFU.