Selasa, 05 Juli 2016

Prancis Favorit Tapi Jerman Bisa Jadi Pemenangnya



Dua tim favorit perhelatan Euro 2016 berjumpa di babak semifinal. Jerman kontra tuan rumah Prancis. Baik Jerman maupun Prancis sama-sama pernah merasakan gelar juara Eropa dan juara dunia. Jerman tiga kali menjadi juara Eropa dan empat kali menjadi juara dunia. Sementara Prancis dua kali menjadi yang terbaik di Eropa dan satu kali menjadi yang terbaik di dunia.  

Namun begitu, faktor sebagai tuan rumah nampaknya akan menjadi motivasi tambahan bagi Prancis untuk memenangi duel ini. Skuat Les Bleus atau Si Biru – julukan timnas Prancis – ingin mengulang memori indah saat menjadi juara Eropa di rumah sendiri tahun 1984. Mampukah?

Soal tambahan motivasi yang dicanangkan Les Bleus itu sah-sah saja. Secara fakta, dari dua kali prestasi menjadi juara Eropa, satu di antaranya memang terjadi di rumah sendiri. Apalagi venue semifinal tahun 1984 dengan tahun 2016 juga sama di Stade VĂ©lodrome, Marseille. Jika tahun 1984 Prancis berhasil menaklukkan Portugal 3-2, tahun ini mereka ingin coba mengulangnya dengan menundukkan Jerman.

Secara komposisi, skuat utama Les Bleus memang lebih siap ketimbang skuat utama Die Mannschaft untuk laga ini. Tak satu pun pilar utama Prancis yang berhalangan tampil. Dua pilar utama yang absen di perempatfinal yakni N'Golo Kante dan Adil Rami sudah bebas dari hukuman akumulasi kartu. Pilar-pilar lainnya juga tengah on fire usai memermak Islandia 5-2 di perempatfinal. 


Sementara di kubu Die Mannschaft, selain Mario Gomez dan Sami Khedira yang dipastikan menepi akibat cedera, Bastian Schweinsteiger dan Benedikt Howedes juga masih diragukan kondisinya. Ditambah lagi bek tengah Mats Hummels juga harus minggir akibat sudah mengantongi dua kartu kuning.

Dengan komposisi kekuatan yang tak lagi penuh, pelatih Die Mannschaft, Joachim Loew dan asistennya, Thomas Schneider, dijamin bakal berpikir lebih keras untuk menentukan skuat yang tepat menghadapi Prancis. 

Siapa pemain yang pas untuk turun memutus dinamika pergerakan lini tengah Les Bleus yang diisi Paul Pogba, N’Golo Kante dan Antoine Griezmann sebagai pemantul. Lalu siapa pemain yang tepat untuk meredam kecepatan pergerakan lini sayap Les Bleus yang diisi Dmitri Payet dan Blaise Matuidi.

Kembali ke skema awal

Saat menghadapi Italia di perempatfinal, Jogi – sapaan Joachim Loew – membuat perubahan skema yang signifikan dari 4-2-3-1 menjadi 3-5-2. Pola ini diterapkan untuk meredam agresivitas dan kolektivitas permainan lini tengah Italia. 

Sementara pelatih Les Bleus, Didier Dechamps juga membuat perubahan skema dari 4-2-3-1 menjadi 4-3-3- saat menghadapi Islandia. Skema ini dipakai dengan memasang Blaise Matuidi yang menggantikan Kante untuk bertandem dengan Pogba.

Nah, saat kedua tim ini bertemu di semifinal, apakah kedua pelatih akan mengembalikan skema permainan ke pola yang biasa dimainkan? Jerman sangat terpola dengan skema 4-2-3-1 dan Prancis juga demikian. 

Ketiadaan Mats Hummels di posisi bek tengah bisa kembali diisi Skhodran Mustafi seperti saat laga perdana Die Mannschaft di fase grup menghadapi Ukraina. Sementara di pihak Les Bleus, Kante juga sudah kembali bisa dimainkan untuk berduet dengan Pogba.

Saya sendiri lebih cenderung berpikir Jogi akan kembali memainkan skema 4-2-3-1 menghadapi Prancis. Selain kembali memasang Mustafi untuk bertandem dengan Jerome Boateng, ketiadaan Khedira juga bisa ditambal oleh Emre Can atau Julian Weigl. 

Julian Weigl dan Emre Can
Untuk nama terakhir yang ditulis malah punya kecenderungan tipikal 11-12 dengan Khedira. Perbedaannya cuma pada usia dan jam terbang. Khedira sudah 29 tahun sementara Weigl baru genap 21 tahun pada 8 September mendatang. Namun begitu, kemampuan Weigl sebagai gelandang bertahan sudah terbukti cukup energik dan tangguh saat membela Borussia Dortmund.

Hal lainnya lagi, saya juga melihat kemungkinan Jerman bakal memanfaatkan sedikit kelemahan Les Bleus di lini belakang, terutama saat menghadapi situasi umpan silang. Kebetulan Die Mannschaft juga sudah lama kesohor dengan skema permainan umpan silang berbahaya ke daerah kotak  penalti. 

Thomas Mueller
Okelah Mario Gomez sudah tak ada lagi sebagai target man. Tapi bukan sebuah kemustahilan Thomas Mueller yang kurang bersinar di lima laga sebelumnya justru mendapatkan momentumnya sebagai raumdeuter atau penafsir ruang. Entah sebagai pemberi operan kunci atau menjadi eksekutornya. 

Satu hal lagi, kekuatan lini pertahanan Prancis juga harus diakui tak sesolid lini pertahanan Italia di turnamen ini. Faktor penjaga gawang Hugo Lloris yang tak setangguh dan sesigap Gianluigi Buffon sangat mungkin bakal dimaksimalkan anak-anak Die Mannschaft di laga ini. Jadi, berhati-hatilah Les Bleus!  

Semoga Die Mannschaft menang

Laga semifinal antara Jerman menghadapi Prancis di Euro 2016 menjadi laga ke-28 kedua tim. Dari 27 perjumpaan sebelumnya, Prancis meraih 12 kemenangan dan 10 kekalahan. Lima laga lainnya berakhir imbang. Sementara jika dikerucutkan menjadi  10 pertemuan terakhir, Les Bleus menang enam kali dan cuma tiga kali kalah dari Die Mannschaft

Tapi itu cuma jejak rekam pertemuan. Laga  ke-28 kedua tim pada Jumat, 8 Juli 2016 dini hari pukul 02.00 WIB, bisa saja kembali berpihak ke Die Mannschaft, seperti saat keduanya bertemu di perempatfinal Piala Dunia 2014.

Prancis memang lebih diunggulkan untuk maju ke partai final ketimbang Jerman. Banyak rumah taruhan di Eropa sudah menyatakan itu. Bahkan tak tanggung-tanggung ada yang memprediksi Prancis akan menjungkalkan Jerman dengan selisih dua gol. 

Sementara pasaran taruhan Asia lebih memilih posisi aman dengan menempatkan posisi seimbang kedua tim hingga berakhirnya waktu normal. Mana yang lebih jitu? Jika pertanyaan itu dialamatkan ke saya yang tengah iseng menorehkan catatan ini,  tentu jawabannya adalah Die Mannschaft. Skor akhirnya mungkin 2-1.  Semoga saja terjadi.

Prediksi starting XI:

Jerman: (4-2-3-1) Neuer: Hector, Boateng, Mustafi, Kimmich, Can/Weigl, Kroos: Draxler, Oezil, Goetze/Sane, Mueller

Prancis: (4-2-3-1) Lloris: Evra, Koscielny, Umtiti, Sagna: Matuidi, Pogba: Payet, Griezmann, Sissoko: Giroud