Sabtu, 22 April 2017

Menunggu Cara Bayern Bersiap Diri Meraih Target Treble Musim Depan




Saat coretan ini dibuat, Bayern Muenchen baru tiga hari mendapati kenyataan terbuang dari arena Liga Champions musim 2016/2017 dan baru saja menuntaskan laga spieltag ke-30 Bundesliga dengan skor 2-2 melawan Mainz. Dua laga dengan catatan hasil sekali kalah dan sekali seri.

Buruk, kah? Tergantung dari sisi mana menilainya. Jika menilik dari target meraih treble seperti yang diraih musim 2013/2014, hasil yang dicapai dalam rentang tiga hari itu jelas buruk. Tapi jika target diturunkan jadi raihan double seperti musim 2015/2016, hasil yang didapat masih bisa dimaklumi.

Tapi kembali, ini Bayern Muenchen. Tim raksasa Jerman yang punya banyak pemain top dan juga dibesut oleh pelatih top. Raihan double gelar domestik dianggap terlalu biasa. Terlalu mudah diambil tanpa bisa mengukur pasti perihal kemampuan dan kualitas tim yang sebenarnya.

Arjen Robben mencetak gol pertama Bayern di laga spieltag 29 melawan Mainz yang berakhir imbang 2-2.

Seiring dengan tulisan ini, Bayern masih nyaman bertengger di puncak klasemen sementara Bundesliga dengan poin 70 dari 30 laga. Masih unggul sembilan angka dari rival terdekatnya, RB Leipzig yang mengantongi 61 poin juga dari 29 laga. 

Jika RB Leipzig bisa menang dari Schalke di laga esok harinya, selisih poin menipis jadi enam. 

Thago merayakan gol pertama Bayern ke gawang RB Leipzig pada laga Bundesliga spieltag 15. Bayern menang 3-0.

Jika ingin lebih memastikan Bayern berhasil atau gagal mempertahankan mahkota Bundesliga, duel melawan RB Leipzig di spieltag 33 pada Sabtu, 13 Mei 2017 boleh dijadikan referensi. Tapi dengan catatan Leipzig berhasil memenangi seluruh laga sebelum menghadapi Bayern dan Bayern juga sempat terjungkal.

Jika sekali saja RB Leipzig terpeleset -- mudah-mudahan oleh Hertha Berlin -- dan Bayern tetap melaju mulus, peluang Bayern mengunci gelar Bundesliga bisa lebih cepat datang sebelum spieltag 33.   

Di ajang lain yakni DFB Pokal, Bayern juga sudah sampai di semifinal untuk menghadapi Borussia Dortmund. 

Jika menang berarti kembali tampil di final dan menunggu lawan antara Borussia Moenchengladbach atau Eintracht Frankfurt. Untuk harapan ini tinggal menunggu hasilnya pada Kamis dini hari WIB, 27 April 2017.

Skuat kurang dalam

Entah target, treble, double maupun single, saya pribadi lebih menyoroti performa Bayern musim ini yang menurut saya tak lebih baik dari musim lalu. Sempat terlihat punya harapan dan optimisme yang oke di awal musim, perlahan-lahan harapan dan optimisme itu mulai mengendur jelang akhir musim.

Rentetan cedera pemain boleh dipakai sebagai alasan. Tapi ingat, Bayern Muenchen saat ini memang tak punya kedalaman skuat yang mumpuni untuk mengarungi tiga kompetisi sekaligus dalam semusim. Tak punya pemain pelapis dengan kualitas yang setara di tiap lini.

Laga leg 1 perempatfinal melawan Real Madrid di Allianz Arena yang berakhir dengan kekalahan 1-2 adalah satu contoh mudahnya. Melawan Los Blancos yang tanpa dua centreback Raphael Varane dan Pepe, Die Roten juga minus Robert Lewandowski dan Mats Hummels.

Tanpa Lewandowski, Bayern menempatkan Thomas Mueller sebagai target man dan menjadikan Arturo Vidal sebagai pemain nomor 10. 

Keduanya bukan penyerang murni dan bukan spesialis target man. Sementara kehilangan Hummels ditutupi Javi Martinez yang posisi aslinya juga bukan centreback.

Laga leg 1 perempatfinal Liga Champions musim 2016/2017 antara Bayern Muenchen vs Real Madrid.

Di sisi sayap, harus jujur kita akui bahwa andalan sayap Bayern Muenchen saat ini sudah termakan usia dan belum punya pelapis yang sepadan. 

Kehadiran Douglas Costa dan Kingsley Coman sebagai inverted winger dianggap masih belum sebanding dengan kualitas Frank Ribery dan Arjen Robben saat masih muda.

Bandingkan saat Bayern bersiap untuk jadi raja Eropa di musim 2013/2014. Setahun sebelumnya Die Roten sudah mendatangkan Javi Martînez, Dante, Mario Mandzukic, Xherdan Shaqiri dan Claudio Pizarro untuk memperkuat dan melapis seluruh lini. 

Deretan pemain matang berkualitas ini melengkapi kedalaman skuat Bayern dari lini belakang, tengah hingga depan untuk stabil bertarung di tiga kompetisi sekaligus.

Bayern Muenchen saat menjuarai Liga Champions musim 2013/2014/

Untuk musim depan, kehilangan Philipp Lahm yang di akhir musim ini pensiun akan diisi oleh Joshua Kimmich. Boleh, lah Bayern berharap banyak pada Kimmich. 

Di sektor bek tengah Bayern juga sudah mendapatkan tambahan amunisi dari Niklas Suele untuk musim depan. Untuk posisi yang ditinggal Xabi Alonso di lini tengah, dua pemain muda yakni Renato Sanches dan Sebastian Rudy juga sudah diproyeksikan untuk bersaing sebagai suksesor.

Tapi lagi-lagi bagaimana dengan lini serang Bayern? Lewandowski masih tak punya pelapis yang setara atau mendekati setara. Robben dan Ribery demikian juga. 

Jika musim depan line-up ini belum detil direvisi, rasanya masih berat buat Carlo Ancelotti mengangkat piala ‘Kuping Besar’ bersama Bayern.

Saya pribadi tak mau berpegang pada kata ‘kutukan’ hanya bersama pelatih asal Jerman Bayern Muenchen bisa juara Liga Champions. Memang, lima gelar milik Bayern diarsiteki empat pelatih berkebangsaan Jerman. Udo Lattek satu kali, Dettmar Cramer dua kali, Ottmar Hitzfeld satu kali dan Jupp Heynckes juga sekali.

Tapi tak ada yang berani jamin juga, kan, jika Ancelotti bakal 100% gagal mempersembahkan piala Liga Champions untuk Bayern dalam tiga tahun kontrak kerjanya?

Carlo Ancelotti.

Ketimbang terus membicarakan pelatih Jerman dan non Jerman untuk Bayern, saya pribadi lebih memilih untuk menanyakan macam mana kebijakan transfer manajemen Bayern untuk memperkuat skuatnya musim depan.  

Sembari itu juga bertanya-tanya siapa sosok tepat yang bakal dipilih menduduki jabatan direktur olahraga FC Bayern yang tengah lowong pasca ditinggal Matthias Sammer.