Saat
coretan ini dibuat, Bayern Muenchen baru tiga hari mendapati kenyataan terbuang
dari arena Liga Champions musim 2016/2017 dan baru saja menuntaskan laga spieltag
ke-30 Bundesliga dengan skor 2-2 melawan Mainz. Dua laga dengan catatan hasil
sekali kalah dan sekali seri.
Buruk,
kah? Tergantung dari sisi mana menilainya. Jika menilik dari target meraih
treble seperti yang diraih musim 2013/2014, hasil yang dicapai dalam rentang tiga
hari itu jelas buruk. Tapi jika target diturunkan jadi raihan double seperti
musim 2015/2016, hasil yang didapat masih bisa dimaklumi.
Tapi
kembali, ini Bayern Muenchen. Tim raksasa Jerman yang punya banyak pemain top
dan juga dibesut oleh pelatih top. Raihan double gelar domestik dianggap terlalu
biasa. Terlalu mudah diambil tanpa bisa mengukur pasti perihal kemampuan dan
kualitas tim yang sebenarnya.
Arjen Robben mencetak gol pertama Bayern di laga spieltag 29 melawan Mainz yang berakhir imbang 2-2. |
Seiring
dengan tulisan ini, Bayern masih nyaman bertengger di puncak klasemen sementara
Bundesliga dengan poin 70 dari 30 laga. Masih unggul sembilan angka dari rival
terdekatnya, RB Leipzig yang mengantongi 61 poin juga dari 29 laga.
Jika RB
Leipzig bisa menang dari Schalke di laga esok harinya, selisih poin menipis
jadi enam.
Thago merayakan gol pertama Bayern ke gawang RB Leipzig pada laga Bundesliga spieltag 15. Bayern menang 3-0. |
Jika
ingin lebih memastikan Bayern berhasil atau gagal mempertahankan mahkota Bundesliga,
duel melawan RB Leipzig di spieltag 33 pada Sabtu, 13 Mei 2017 boleh dijadikan referensi. Tapi dengan catatan Leipzig berhasil memenangi seluruh laga sebelum menghadapi Bayern dan Bayern juga sempat terjungkal.
Jika
sekali saja RB Leipzig terpeleset -- mudah-mudahan oleh Hertha Berlin -- dan Bayern tetap melaju mulus, peluang Bayern mengunci gelar Bundesliga bisa lebih cepat datang sebelum spieltag 33.
Di
ajang lain yakni DFB Pokal, Bayern juga sudah sampai di semifinal untuk
menghadapi Borussia Dortmund.
Jika menang berarti kembali tampil di final dan
menunggu lawan antara Borussia Moenchengladbach atau Eintracht Frankfurt. Untuk
harapan ini tinggal menunggu hasilnya pada Kamis dini hari WIB, 27 April 2017.
Skuat kurang dalam
Entah
target, treble, double maupun single, saya pribadi lebih menyoroti performa
Bayern musim ini yang menurut saya tak lebih baik dari musim lalu. Sempat
terlihat punya harapan dan optimisme yang oke di awal musim, perlahan-lahan
harapan dan optimisme itu mulai mengendur jelang akhir musim.
Rentetan
cedera pemain boleh dipakai sebagai alasan. Tapi ingat, Bayern Muenchen saat
ini memang tak punya kedalaman skuat yang mumpuni untuk mengarungi tiga
kompetisi sekaligus dalam semusim. Tak punya pemain pelapis dengan kualitas
yang setara di tiap lini.
Laga
leg 1 perempatfinal melawan Real Madrid di Allianz Arena yang berakhir dengan
kekalahan 1-2 adalah satu contoh mudahnya. Melawan Los Blancos yang tanpa dua
centreback Raphael Varane dan Pepe, Die Roten juga minus Robert Lewandowski dan
Mats Hummels.
Tanpa
Lewandowski, Bayern menempatkan Thomas Mueller sebagai target man dan
menjadikan Arturo Vidal sebagai pemain nomor 10.
Keduanya bukan penyerang murni
dan bukan spesialis target man. Sementara kehilangan Hummels ditutupi Javi
Martinez yang posisi aslinya juga bukan centreback.
Laga leg 1 perempatfinal Liga Champions musim 2016/2017 antara Bayern Muenchen vs Real Madrid. |
Di
sisi sayap, harus jujur kita akui bahwa andalan sayap Bayern Muenchen saat ini
sudah termakan usia dan belum punya pelapis yang sepadan.
Kehadiran Douglas Costa dan
Kingsley Coman sebagai inverted winger dianggap masih belum sebanding dengan
kualitas Frank Ribery dan Arjen Robben saat masih muda.
Bandingkan
saat Bayern bersiap untuk jadi raja Eropa di musim 2013/2014. Setahun sebelumnya
Die Roten sudah mendatangkan Javi Martînez, Dante,
Mario Mandzukic, Xherdan Shaqiri dan Claudio Pizarro untuk memperkuat dan melapis seluruh lini.
Deretan
pemain matang berkualitas ini melengkapi kedalaman skuat Bayern dari lini
belakang, tengah hingga depan untuk stabil bertarung di tiga kompetisi
sekaligus.
Bayern Muenchen saat menjuarai Liga Champions musim 2013/2014/ |
Untuk
musim depan, kehilangan Philipp Lahm yang di akhir musim ini pensiun akan diisi
oleh Joshua Kimmich. Boleh, lah Bayern berharap banyak pada Kimmich.
Di sektor
bek tengah Bayern juga sudah mendapatkan tambahan amunisi dari Niklas Suele untuk
musim depan. Untuk posisi yang ditinggal Xabi Alonso di lini tengah, dua pemain
muda yakni Renato Sanches dan Sebastian Rudy juga sudah diproyeksikan untuk
bersaing sebagai suksesor.
Tapi
lagi-lagi bagaimana dengan lini serang Bayern? Lewandowski masih tak punya
pelapis yang setara atau mendekati setara. Robben dan Ribery demikian juga.
Jika
musim depan line-up ini belum detil direvisi, rasanya masih
berat buat Carlo Ancelotti mengangkat piala ‘Kuping Besar’ bersama
Bayern.
Saya
pribadi tak mau berpegang pada kata ‘kutukan’ hanya bersama pelatih asal Jerman
Bayern Muenchen bisa juara Liga Champions. Memang, lima gelar milik Bayern
diarsiteki empat pelatih berkebangsaan Jerman. Udo Lattek satu kali, Dettmar
Cramer dua kali, Ottmar Hitzfeld satu kali dan Jupp Heynckes juga sekali.
Tapi
tak ada yang berani jamin juga, kan, jika Ancelotti bakal 100% gagal
mempersembahkan piala Liga Champions untuk Bayern dalam tiga tahun kontrak
kerjanya?
Carlo Ancelotti. |
Ketimbang
terus membicarakan pelatih Jerman dan non Jerman untuk Bayern, saya pribadi lebih
memilih untuk menanyakan macam mana kebijakan transfer manajemen Bayern untuk
memperkuat skuatnya musim depan.
Sembari
itu juga bertanya-tanya siapa sosok tepat yang bakal dipilih menduduki jabatan
direktur olahraga FC Bayern yang tengah lowong pasca ditinggal Matthias Sammer.