Jumat, 15 September 2017

Berharap Keberuntungan dan Keajaiban Menaungi Wakil Bundesliga di Eropa

Penyerang Borussia Dortmund, Pierre- Emerick Aubameyang

Matchday 1 kompetisi sepak bola klub Eropa musim 2017/2018 berakhir tidak enak buat Jerman. Enam wakil Bundesliga yang berlaga cuma Bayern Muenchen yang bisa menang. Dua wakil lainnya yang kebetulan sama-sama dari Jerman wilayah timur yakni RB Leipzig dan Hertha Berlin bermain imbang. Sementara tiga lagi Borussia Dortmund, Hoffenheim dan FC Koeln tumbang.

Tiga wakil yang berlaga di Liga Champions dan tiga lainnya bermain di Liga Europa secara akumulasi cuma dapat poin 5 dari kemungkinan maksimal 18 poin. Masih jauh lebih baik Italia yang bisa meraup 10 poin dari hasil laga enam wakilnya. Meski pun ini juga masih dianggap ‘air mata’ Italia oleh Arrigo Sacchi, pelatih legendaris Italia, berkaca pada hasil buruk tiga klub negeri tersebut yang gagal menang di Liga Champions.

Bagi Jerman, hasil yang didapat dari matchday 1 kompetisi sepak bola Eropa musim ini jelas terasa miris. Apalagi belum genap 24 jam FIFA merilis pengumuman terbaru dengan Jerman kembali jadi negara peringkat 1 dunia di ranah sepak bola. Pengumuman tersebut dirilis ke publik pada Kamis, 14 September 2017.

Apa yang salah dari sepak bola Jerman sampai klub-klub sepak bolanya hingga kini sukar memamerkan tajinya di Eropa? Bayern Muenchen yang secara tradisi prestasi sudah mengakar di Eropa saja terbilang kesulitan belakangan ini. Hasil kemenangan 3-0 atas wakil Belgia, Anderlecht pada matchday 1 juga belum mencerminkan wujud kesangaran klub ini.

Punya kendali penguasaan bola 75,7% dengan 29 attempts dan 11 yang on target, cuma tiga yang jadi gol dan salah satunya berasal dari titik putih. Padahal Anderlecht sejak menit ke-11 sudah bermain dengan 10 orang pasca diusirnya centre back Sven Kums karena menjatuhkan Robert Lewandowski di area kotak 16.

Bek Anderlecht, Sven Kums meninggalkan lapangan usai melanggar penyerang Bayern, Robet Lewandowski.

Bayern kurang gahar? Penyelesaian akhirnya kurang tajam? Kurang tenang? Kurang oke? Semua pengamat sepak bola rasanya akan senang menyebut kata kurang untuk menilai Bayern di laga ini. Sah-sah saja, sih. Tapi sang pelatih, Carlo Ancelotti juga punya pembelaan diri dengan menyebut performa timnya memang belum tiba di level terbaik.

Saya pribadi tak mau kelamaan membahas soal ini. Fakta cukup menggarisbawahi penampilan Bayern Muenchen masih jauh dari kata oke sejak ditangani Ancelotti. Musim perdana Don Carlo di Muenchen cuma diwarnai dengan satu gelar Bundesliga. Entah di musim keduanya sekarang. Apakah bisa mendapatkan double atau treble winners? Yang jelas target maksimal klub sebesar Bayern Muenchen setiap musimnya adalah meraih treble.

Penalti Robert Lewandowski ke gawang Anderlecht yang dikawal Matz Sels.

Pindah ke Borussia Dortmund, para pendukung klub ini saya percaya juga kecewa dengan hasil matchday 1. Dua dari tiga gol Tottenham Hostpur ke gawang Dortmund berasal dari counter attack yang diakhiri sepakan keras ke tiang dekat. Kedua penendangnya, Harry Kane dan Son Heung-Min punya cukup ruang untuk melakukan itu.



Dortmund di laga ini memang unggul penguasaan bola dengan perbandingan 67,9% melawan 32,1% milik Tottenham Hotspur. Tapi untuk urusan kans mencetak gol, harus diakui Spurs lebih banyak. Punya 13 attempts sepanjang laga, bisa saja Spurs menang lebih telak jika lini serangnya lebih tenang menyelesaikan peluang. Sementara Dortmund cuma punya 10 attempts dan hanya 2 yang on target.

"Saya kecewa karena lini belakang kami ceroboh mengantisipasi serangan lawan. Seharusnya kami bisa dapat hasil yang lebih baik dari pertandingan ini. Yang paling penting, kami bermain bagus di babak pertama, tapi dua kali ceroboh," ungkap pelatih Borussia Dortmund, Peter Bosz di lama situs resmi Borussia Dortmund.

Dua contoh hasil dan performa dari Bayern Muenchen dan Borussia Dortmund ini mungkin bisa dipandang sebagai sinyal awal Bundesliga belum kembali bangkit di Eropa. Kedua klub ini pernah unjuk kekuatan di partai final Liga Champions tahun 2013. Tapi sekarang dengan pelatih yang sudah berganti dan beberapa pemainnya juga berganti, kekuatan yang ditunjukkan 4 tahun lalu itu belum kembali muncul.

Sementara jika berharap banyak dari empat wakil Bundesliga lainnya yakni, RB Leipzig, Hertha Berlin, Hoffenheim dan FC Koeln juga belum terlalu logis. Keempat klub tersebut belum matang untuk bersaing di Eropa. 

Terkecuali jika kita ingin mengedepankan keajaiban dan keberuntungan untuk memelihara asa tersebut. Keajaiban dan keberuntungan yang semoga memilih klub Bundesliga untuk tampil dan berprestasi di partai puncak kompetisi Eropa musim ini.


#Edisi sah ngarep.com#