Piala Dunia 2018 di Rusia tinggal menghitung hari. Saat
tulisan ini dibuat terhitung tanggal 7 Juni 2018. Artinya, tinggal sepekan
sebelum kick off laga pembuka antara tuan rumah Rusia vs Arab Saudi bergulir.
Tulisan ini juga menjadi tulisan pertama saya di blog
ini untuk tahun 2018. Mulai serasa gatal menulis saat melihat prediksi juara
dan runner up grup yang dimunculkan pelatih kawasan berjuluk The Special One, José
Mário dos Santos Mourinho Félix atau karibnya disapa José Mourinho.
Sebagai pendukung setia Die Mannschaft, prediksi yang
dilontarkan seorang pelatih sekaliber Mourinho membuat saya terstimulir menerka seperti apa perjalanan timnas Jerman di Rusia.
José Mourinho |
Sebelum saya menerka lebih jauh, ada baiknya saya
cantumkan dulu prediksi juara dan runner up grup yang dibuat oleh Mourinho. Di
Grup A, Uruguay keluar sebagai pemuncak klasemen dan tuan rumah Rusia sebagai
pendamping. Grup B dijuarai Spanyol dengan Portugal di posisi kedua.
Grup C, Prancis adalah juaranya dan wakil Asia,
Australia sebagai runner up. Grup D dikuasai Argentina dengan Nigeria
mendampingi lolos ke fase knock-out di 16 besar. Grup E pemimpin klasemen adalah Brasil dan
Swiss sebagai runner up.
Grup F jadi bagian Jerman sebagai penguasa yang
didampingi Meksiko sebagai tim peringkat kedua. Grup G jadi milik Inggris
dengan Belgia sebagai runner up. Terakhir di Grup H, Mourinho membuat kejutan
dengan menempatkan Senegal sebagai juara grup dan Polandia sebagai runner up
menyisihkan Kolombia dan Jepang.
Jika acuannya adalah prediksi The Special One, saya
langsung mereka-reka bahwa Die Mannschaft sebagai juara Grup F akan
berjumpa Swiss sebagai runner up Grup E di
babak 16 besar.
Di atas kertas, potensi terbesar Jerman jika berhasil
melewati adangan Swiss di babak 16 besar nanti akan bersua pemenang laga antara
Senegal sebagai juara Grup H vs Belgia sebagai runner up Grup G di babak perempatfinal.
Jika kembali berhasil melewati fase ini, maka lawan yang
akan menanti Die Mannschaft di babak semifinal adalah antara Spanyol sebagai
juara Grup B vs Rusia sebagai runner up Grup A dan Argentina sebagai juara Grup
D dan Australia sebagai runner up Grup C.
Secara kualitas, dari keempat tim calon lawan Die
Mannschaft di semifinal berdasarkan prediksi Om Mourinho, Spanyol dan Argentina
jadi kandidat terkuat.
Jika berkaca dari hasil ujicoba antara kedua tim pada
Rabu, 28 Maret dini hari lalu, di Stadion Wanda Metropolitano yang berakhir 6-1
buat Spanyol, jelas hitungan di atas kertas Die Mannschaft akan bentrok dengan
La Furia Roja di semifinal.
Pun begitu, patut diingat juga kemenangan telak Spanyol
atas Argentina kala itu tanpa kehadiran Lionel Messi di kubu La Albiceleste. Bermain
di kandang melawan Argentina yang tak diperkuat kapten sekaligus megabintangnya
juga boleh jadi catatan kecil yang harus digarisbawahi di laga ini.
Tapi siapapun yang akan menjadi lawan di semifinal
nanti, Die Mannschaft tetap butuh dua kemenangan lagi untuk mengunci sekaligus
mempertahankan titel juara bertahan yang disandangnya.
Timnas Jerman |
Secara head to head, jika menghadapi Spanyol di
semifinal Die Mannschaft punya bekal data histori delapan kali menang, tujuh
kali seri, dan tujuh kali kalah sejak kali pertama bertemu pada 12 Mei 1935.
Pertemuan terakhir kedua tim di laga persahabatan berakhir imbang 1-1.
Sedangkan jika yang dihadapi di semifinal adalah
Argentina, modal data head to head-nya agak kurang bagus. Terhitung sejak pertemuan
pertama pada Piala Dunia 1958 hingga final Piala Dunia 2014 dan laga uji coba
pada 3 September 2014, Argentina masih unggul 10 kemenangan atas Jerman yang
mengantongi delapan kemenangan.
Empat laga lagi berakhir imbang. Sedangkan
untuk catatan pertemuan terakhir yang
berlangsung di Duesseldorf paska final Piala Dunia 2014, Argentina melakukan
revans dengan kemenangan 2-4 atas Jerman.
Dan patut pula untuk diduga, berdasarkan dari alur klasemen
pertandingan yang sudah dibuat, potensi skenario untuk mempertemukan Jerman dan
Brasil di partai puncak bukan mustahil juga sudah dirancang rapih jauh-jauh
hari. Jika benar Brasil dan Jerman nanti lolos ke babak 16 besar sebagai juara
grup, keduanya baru bisa bertemu jika sama-sama lolos ke final.
Tragedi Mineizaro di Piala Dunia 2014 |
Tak ingin seperti kejadian empat tahun lalu, tentunya, di mana Brasil
jumpa Jerman di semifinal dan rontok dengan skor mengejutkan: 1-7. Meski pun saat
ini Brasil di bawah asuhan Tite memang sudah jauh lebih baik dan menjadi tim
pertama yang lolos ke Rusia. Pun begitu, kenangan yang disebut sebagai tragedi
Mineirazo itu pastinya juga tak bisa lekang oleh waktu.
Masyarakat Brasil dijamin tak mau dapat mimpi buruk beruntun di
dua gelaran Piala Dunia. Jika kembali jumpa Jerman namun di
babak final, masyarakat Brasil percaya atmosfer dan motivasi laga buat para penggawa Selecao akan naik 10 kali lipat.
Apalagi pada perjumpaan terakhir dalam sebuah laga ujicoba saja Selecao bisa menundukkan Die Mannschaft 0-1. Brasil juga punya
catatan manis mengalahkan Jerman saat jumpa di babak final pada Piala Dunia
2002.
Sebuah hasil yang tentu diharapkan bisa terulang lagi jika keduanya bisa sampai dipertemukan lagi di partai puncak Piala Dunia 2018. Gimana menurut Om Mou?