Bukan kabar bagus untuk penggemar sekaligus pendukung Die Mannschaft di seluruh dunia. Tim jagoan mereka, Jerman, ditumbangkan Slovakia dengan skor 1-3. Lebih tak enak lagi didengar, Jerman takluk dalam permainan yang berlangsung di negerinya sendiri, WWK Arena di Kota Augsburg, Minggu, 29 Mei 2016.
Perjumpaan dengan Slovakia ini memang hanya sekadar pertandingan ujicoba jelang Euro 2016. Namun begitu, hasil akhir yang didapat tetap saja tak enak untuk diterima. Kalah di kandang sendiri oleh tim berperingkat 32 di FIFA. Jauh di bawah peringkat FIFA Jerman yang saat ini bertengger di posisi 5.
Jika ingin mencari alasan, kekalahan ini bisa dikaitkan dengan eksperimen yang dilakukan pelatih timnas Jerman, Joachim Loew. Menghadapi Slovakia, Jerman bermain dengan formasi tak biasa yakni 3-5-2 dengan menempatkan Jonas Hector di sisi kanan pertahanan, Antonio Ruediger sebagai bek tengah dan Jerome Boateng di sisi kiri.
Lini pertahanan Jerman kemudian diperkuat dengan penempatan double pivot yang diisi Joshua Kimmich dan Sami Khedira untuk meredam alur serangan lawan yang ingin memasuki area pertahanan Jerman.
Pada awal babak pertama, eksperimen Jogi – sapaan karib Joachim Loew – sepertinya sesuai harapan. Die Mannschaft langsung bisa mengendalikan permainan dan menciptakan sejumlah peluang mencetak gol.
Laga baru berjalan dua menit, satu sepak pojok yang dilepaskan Mario Goetze langsung disambut Jerome Boateng dengan tendangan voli memantul tanah. Namun bola pantulan yang mengarah di gawang berhasil ditepis Matus Kozacik.
Tekanan berbahaya yang dilancarkan anak-anak Die Mannschaft di awal laga ini baru berbuah manis di menit 13. Satu pelanggaran yang dibuat Jurac Kucka terhadap Mario Goetze dalam kotak penalti membuat wasit langsung menunjuk titik putih.
Gol Mario Gomez ke gawang Slovakia |
Mario Gomez yang maju sebagai algojo tak menyia-nyiakan kesempatan ini. Sepakannya ke arah kiri berhasil mengecoh kiper Slovakia, Matus Kozacik, yang bergerak ke arah kanan.
Setelah gol ini, Die Mannchaft terlihat kian intens menekan Slovakia untuk mendapatkan gol tambahan. Namun sayangnya tak ada yang efektif. Sepakan Julian Draxler usai menerima umpan chip Sami Khedira masih melayang di atas mistar gawang. Tendangan keras Leroy Sane yang dalam posisi bebas tak terkawal usai menerima umpan Gomez juga masih bisa diblok Kozacik.
Lupa pertahanan
Keasyikan menyerang, anak-anak Die Mannschaft nampak lupa menyusun pertahanan yang rapih. Posisi antara pemain tengah dan belakang terlihat kurang terorganisir baik. Ini bisa dilihat dari adanya sejumlah ruang kosong di wilayah pertahanan Die Mannschaft. Ruang kosong ini juga yang membuat para pemain Slovakia acap leluasa bergerak karena tak mendapat penjagaan ketat.
Gol Marek Hamsik yang membuat kedudukan imbang di menit 41 adalah contohnya. Terlepas dari indahnya cara Hamsik membuat gol ini dengan tendangan keras terukur dari luar kotak penalti, posisinya ketika itu juga sangat bebas.
Hamsik tanpa pengawalan di depan kotak penalti Die Mannschaft yang dikawal Bernd Leno saat Ondrej Duda memberinya umpan. Sementara Boateng yang berada persis di depan Hamsik telat menutup karena jaraknya juga agak jauh.
Gol kedua Slovakia dari skema sepak pojok juga membuktikan kurang bagusnya pertahanan Jerman di laga ini. Umpan sepak pojok yang dilepaskan VladimĂr Weiss leluasa ditanduk Michal Duris yang lepas dari pengawalan Joshua Kimmich. Babak pertama berakhir untuk keunggulan Slovakia 1-2.
Di babak kedua, situasi jalannya laga tak sebaik babak pertama. Hujan deras yang mengguyur Augsburg membuat para pemain bisa istirahat sampai 39 menit. Saat wasit Serge Gumienny meniup peluit tanda laga dilanjutkan, keadaan lapangan sudah kadung terendam air. Kondisi ini membuat para pemain kedua tim sulit mengembangkan permainan dan melepaskan umpan terukur.
Namun karena dasarnya lini pertahanan Die Mannschaft sudah kurang solid di laga ini, Slovakia lagi yang bisa dapat gol untuk memperlebar keunggulan. Kembali dari skema bola mati, bola umpan sepak pojok yang disodorkan Patrik Hrosovsky disambut Jurac Kucka dengan sepakan first time menyusur tanah yang penuh air.
Arah bola tendangan Kucka sebenarnya tepat mengarah ke Marc-André ter Stegen yang menggantikan Bernd Leno di babak kedua. Namun sial, bola yang sudah mengarah tepat ke tangkapannya itu luput dijinakkan. Malahan terus melaju di antara kedua kaki kiper FC Barcelona ini. Gol lagi!
Skor menjadi 1-3 sekaligus menandai reputasi Stegen yang sudah kebobolan 14 gol hanya dalam enam laga bersama Die Mannschaft.
Jogi tetap yakin
Secara keseluruhan, Jerman yang tampil menghadapi Slovakia memang belum menunjukkan kekuatan aslinya. Malah kuat terkesan Jogi sengaja menjadikan laga ini sebagai arena uji coba sejumlah posisi baru untuk pemainnya.
Leroy Sane saat berduel dengan Marek Hamsik |
Leroy Sane yang biasa memainkan posisi penyerang sayap di Schalke, pada laga ini diflot oleh Jogi menjadi penyerang lubang di belakang Gomez. Kemudian menempatkan Julian Draxler dan Mario Goetze di lini sayap juga tak biasa karena posisi asli kedua pemain ini justru sebagai penyerang lubang.
Penampilan Die Mannschaft di laga ini sebenarnya juga tak bisa dibilang jelek. Cuma kurang efektif, kurang efisien, dan kurang padu saja. Bisa jadi ini karena skuat yang ditampilkan juga belum sepenuhnya saling klik. Beberapa pilar utama sengaja tak dibawa Jogi ke Augsburg menghadapi Slovakia karena sejumlah alasan.
Statistik pertandingan Jerman vs Slovakia |
Marco Reus belum bergabung dengan tim karena masih punya masalah di wilayah otot adduktornya. Mats Hummels juga tak dibawa karena mengalami robek serat otot. Karim Bellarabi pun absen karena masih bermasalah dengan ototnya. Sedangkan Bastian Schweinsteiger seperti kita semua tahu sudah lama menepi akibat cedera.
Hanya Thomas Mueller, Mesut Oezil dan Manuel Neuer yang masih dalam masa istirahat usai menjalani kompetisi. Hal serupa juga berlaku untuk Lukas Podolski dan Toni Kroos.
Joachim Loew |
Namun begitu, Jogi sampai sekarang tetap optimis menatap laga yang akan dilalui Die Mannschaft pada Euro 2016 nanti. Hasil dua kekalahan ujicoba di kandang saat menghadapi Inggris dan Slovakia menjadi referensi teranyarnya untuk menyusun lagi kekuatan terbaik Jerman.
“Kami akan kembali menunjukkan kekuatan asli kami saat semua pemain sudah bisa berkumpul dan berlatih bersama sebelum kompetisi dimulai,” tegas Jogi optimis.