Jumat, 25 September 2015

Pontianak (Kesengsem) Ingin Jadi Waterfront City


Waterfront city. Belakangan ini sering kali kawan saya di Pontianak mengucapkan kata tersebut. Dari namanya, kata tersebut memang terdengar menarik. Juga seksi. Kota yang berhadapan dengan air kalau diambil pengertian gampangnya. Namun begitu, saya haqul yakin untuk membuatnya tak bakal semudah memahami arti katanya. Saya berani jamin itu!

Cerita kawan saya, kata waterfront city di Kota Pontianak itu mulai bergemuruh kala Presiden Joko Widodo mengatakan ketertarikannya dengan Sungai Kapuas, sungai besar yang membelah kota berjuluk Bumi Khatulistiwa. Karena tertarik, tercetus di kepala Presiden Joko Widodo untuk mengembangkan bantaran Sungai Kapuas menjadi obyek wisata yang oke punya. Biar banyak wisatawan, terutama dari luar negeri, tertarik bahkan jika perlu sampai kesengsem dan kebawa mimpi untuk bisa menginjakkan kaki di Pontianak. Ide yang kreatif juga mengggoda dari kepala Pak Presiden.

Nah, sekarang bagaimana caranya untuk mewujudkan ide itu? Cari referensi dulu, pastinya, sebagai bahan pembanding – jika tak mau disebut bahan contekan – untuk memetakan aplikasi konsepnya di Tanah Pontianak. 

Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional sekaligus Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) -- kala itu sewaktu belum direshuffle, Andrinof Chaniago, menyebut Kota Pontianak akan disulap seperti konsep waterfront city Kota Bangkok dengan Sungai Chao Phraya-nya. Sementara Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Kalimantan Barat, Drs Simplius, malah menyebut pembandingnya adalah Kota Lyon yang berada di tepi bagian utara Sungai Rhone, Prancis. Jadi pilih yang mana? Masih bingung, kah?

Kalau saya pribadi juga boleh bersuara untuk memilih, kenapa tak masukkan juga opsi konsep waterfront city, seperti San Antonio (Texas), Venesia (Italia), Darling Harbour (Sydney), Inner Harbour (Baltimore), Clark & Boat Quay (Singapura), dan Kop van Zuid (Rotterdam). Makin banyak pembanding, kalau bagi saya, akan menjadi lebih mudah untuk menemukan konsep aplikasi yang paling pas diterapkan di Kota Pontianak. Tapi ini cuma sekadar usul saja. Tak kurang juga tak lebih.

Nah, sambil mencari yang paling cocok, diubah juga pola pikir dan cara pandang warga Kota Pontianak agar klop dengan konsep yang mau diterapkan. Karena yang namanya waterfront city, seperti sudah dikatakan di paragraf awal, konsep penataan kota yang berhadapan dengan sungai. 

Artinya, posisi sungai ada di depan rumah. Tak ubahnya beranda atau teras. Sementara yang ada di Pontianak sekarang, kebanyakan rumah di bantaran Sungai Kapuas menjadikannya sebagai  belakang, tak bedanya dengan posisi dapur. Jadi namanya bukan waterfront city, tapi waterback city.  Sungai di belakang kota.

Pertanyaannya sekarang, seberapa siap dan seberapa mampu Pemerintah Kota Pontianak untuk mengubah pola pikir dan cara pandang itu ke masyarakatnya? Kemudian, bagaimana dengan dana yang dibutuhkan masyarakat untuk merenovasi rumahnya agar depan menjadi belakang dan belakang menjadi depan? 

Saya tak mau menyinggung soal dana membangun dan menata bantaran sungai. Itu sudah pasti menjadi tanggung jawab pemerintah, baik kota, provinsi maupun pusat. Dan pertanyaan saya tadi juga tak perlu dijawab karena saya bukan siapa-siapa dan bukan apa-apa. Hanya sekadar usul atau memberi masukan saja agar konsep tersebut matang dan ranum alami sehingga bisa cepat direalisasikan tahap demi tahap di Kota Pontianak.
 
Konsep waterfront city juga tak usah lagi diperdebatkan fungsi dan kegunaannya. Sudah banyak contoh kerennya. Negara seperti Singapura yang luasnya 718,3 kilometer bisa menerapkan dengan baik. Atau Venesia yang  luasnya 414,6 kilometer, atau yang lebih kecil lagi kawasan Baltimore di Negara Bagian Maryland, Amerika Serikat, yang luasnya 210 kilometer juga indah mengusung konsep ini. Kota Lyon bahkan lebih kecil lagi luasnya. Hanya 47,87 kilometer. Masih jauh dibanding Kota Pontianak yang memiliki luas 107,8 kilometer.

Tapi, meski luasnya berbeda-beda, semuanya (kecuali Pontianak), sudah membuktikan kalau konsep waterfront city itu memang tokcer untuk menyulap wajah kota menjadi cantik, menarik, seksi dan molek alami (tanpa menggunakan susuk). Pontianak benar-benar mau menyusul?