Jumat, 09 Oktober 2015

Laga 'Kue Bantet', Jerman pun Tersungkur di Dublin


Unggul penguasaan bola tak menjamin tim tersebut bakal memenangi laga. Seperti itulah kenyataan yang dirasakan tim nasional Jerman. Unggul penguasaan bola 72% berbanding 28% milik lawannya, Jerman malah disungkurkan Republik Irlandia. Die Mannschaft tunduk 1-0 saat melawat ke Aviva Stadium, Dublin, pada lanjutan laga kualifikasi Piala Eropa 2016 Grup D, Jumat dini hari WIB, 9 Oktober 2015.

Bagi saya selaku pendukung Die Mannschaft, hasil ini menjadi catatan kekalahan pertama di blog kutu kupret. Secara permainan, Jerman memang mengontrol jalannya laga dan menguasai 2/3 lapangan. Olahan bolanya juga ga buruk. Cuma finishing-nya aja yang kurang pas. Ibarat bikin kue bolu, adonan sudah oke, olahan sudah mantap, pas dimasak hasilnya malah bantet. Memang bukan harinya Jerman di Dublin. Apalagi DF (Dewi Fortuna) juga ga ikut ke Dublin karena jadwal main Die Mannschaft berbarengan sama jadwal kondangan DF. Jadinya ya, begini.

Kekalahan ini memang tak mengubah posisi Jerman di klasemen Grup D. Hingga laga ke-9, Jerman masih tetap di puncak dengan 19 poin. Cuma selisih poinnya aja yang mulai mepet jadi 1 poin dengan Polandia di urutan 2 dan Republik Irlandia di urutan 3. Beruntung buat Jerman karena Polandia ditahan seri sama Skotlandia. Kalau sampai Polandia menang, melorotlah Jerman ke nomor 2 di klasemen. 

Meski begitu, nasib Die Mannschaft untuk berlaga di ajang Euro 2016 tetap harus ditentukan hingga laga pamungkas Grup D. Di laga ini, Jerman akan menjamu Georgia di Red Bull Arena, Leipzig, Senin dini hari WIB, 12 Oktober 2015. Minimal hasil seri akan membawa Jerman langsung lolos ke Jerman. Namun riskan, lah, kalau seri.  Sebagai tim berstatus juara dunia, kayaknya gimana gitu kalau posisi lolos ke Euro 2016 sebagai runner up grup. 
Skema tembakan ke gawang milik Jerman (kiri)dan Republik Irlandia (kanan) 

Jerman kontra Republik Irlandia di Dublin, sekali lagi buat saya seperti laga kue bolu bantet. Hasil yang ga enak buat dinikmati. Bikin adonan 16 tembakan sepanjang laga cuma 3 yang on target. Sementara Republik Irlandia punya kesempatan bikin 5 tembakan ketemu 2 yang on target dan satu jadi gol. 

Fakta lainnya, Jerman yang turun dengan formasi 4-3-2-1 juga bikin 751 umpan, dengan 38 di antaranya adalah umpan silang ke pertahanan The Boy is Green (julukan Republik Irlandia) dan 16 key passes. Jauh lebih banyak dibanding Republik Irlandia. Dengan formasi 4-1-2-1-2, tim tuan rumah cuma kebagian jatah bikin 294 umpan, di mana 11 di antaranya adalah umpan silang dan 4 key passes.

Rating seluruh pemain di laga Republik Irlandia vs Jerman

Kalau pun mau mengungguli Jerman secara statistik, Republik Irlandia punya 61 umpan panjang, lebih banyak dua biji dari umpan panjang Jerman. Umpan panjang Jerman di laga ini juga tak banyak berisiko karena keberhasilan duel udara lini pertahanan The Boy is Green yang dikomandoi John O'Shea mencapai 74%.

Dan akhirnya seperti kita semua sudah tahu, keunggulan yang sedikit inilah yang ditularkan Republik Irlandia ke hasil akhir pertandingan. Satu-satunya gol yang tercipta di laga ini juga berkat umpan panjang. Kiper pengganti, Darren Randolph melepaskan tendangan gawang melambung yang jatuh di sisi kiri 1/3 akhir wilayah Jerman. 

Shane Long yang berlari di antara Mats Hummels dan Jerome Boateng berhasil mendapatkan bola tersebut dan segera menggiringnya masuk kotak penalti. Dalam posisi bebas, pemain yang membela Southampton FC ini langsung melepaskan sepakan keras ke tiang jauh dan tak kuasa dihalau kiper Jerman, Manuel Neuer. Gol di menit 70. Republik Irlandia 1 – Jerman 0. Bertahan hingga laga usai.

Hasil ini sebenarnya bisa lebih baik andai gol yang dibuat Mesut Oezil meneruskan umpan Thomas Mueller di menit 19 tak dianulir. Tapi karena hakim garis sudah menganggap posisi Oezil off-side, gol ke gawang Shay Given pun tak dianggap. Secara keseluruhan, kekalahan ini jelas mengecewakan bagi Jerman. Penampilan para pemain yang kurang on fire jadi alasan buruknya penyelesaian akhir di area pertahanan Republik Irlandia. Mario Goetze yang diplot sebagai ujung tombak tak bisa berbuat banyak dan harus ditarik keluar karena cedera otot di menit 35. Posisi Goetze digantikan Andreas Schuerrle. 

Menggantikan Goetze, Andre Schuerrle punya kesempatan emas membuat gol pada menit 56. Sayang sepakan volinya menyambut umpan Marco Reus masih melewati mistar gawang. Thomas Mueller juga punya kans mencetak gol di menit 78. Menerima umpan Jonas Hector dari sisi kiri, Mueller mendapatkan posisi bebas dalam kotak penalti. Tapi, mungkin, karena Mueller-nya kurang on fire, arah tendangannya dari jarak kurang dari 11 meter di depan gawang malah melenceng.

Tapi sebagai pendukung Die Mannschaft, kita tetap tak boleh sentimen dengan kemenangan Republik Irlandia. Kekalahan di Aviva Stadium adalah bayaran kegagalan Jerman memanfaatkan banyak peluang. Jerman mendominasi tapi tidak efektif mengonversi peluang menjadi gol. Beda dengan Republik Irlandia yang bermain lebih disiplin dan lebih efektif. Disiplin dalam bertahan dan efektif memanfaatkan minimnya peluang. 

Yah, itulah seninya laga sepak bola. Tim terbaik tak mesti selalu memenangi pertandingan meski mendominasi. Sama halnya dengan proses membuat kue bolu. Walau komposisi adonannya pas dan dibuat seorang koki andal, saat keluar dari oven belum tentu hasilnya juga oke. Masih bisa ½ bantet, atau malah benar-benar bantet. Sama seperti laga Republik Irlandia kontra Jerman semalam.