Kamis, 01 Oktober 2015

Lupakan Kata Der Klassiker untuk Laga FC Bayern Kontra Borussia Dortmund


Laga antara FC Bayern Muenchen dengan Borussia Dortmund belakangan ini seringkali disebut sebagai laga Der Klassiker. Benarkah demikian? Apa yang menjadi landasan kuat bahwa duel kedua tim ini disebut sebagai Der Klassiker?

Coba sesekali melakukan pencarian artikel dengan kata kunci “Der Klassiker” di mesin pencari Google. Saya berani jamin hasil pencarian itu akan mentok  mendapatkan dokumen terlama dengan catatan tanggal 31 Desember 2009. Padahal Bundesliga kali pertama dimulai musim 1963/1964.

Jika laga FC Bayern melawan Borussia Dortmund dianggap sebagai Der Klassiker, bagaimana dengan eksistensi pertemuan dan prestasi dengan tim-tim Bundesliga lainnya seperti, Schalke, FC Nuernberg, Werder Bremen, Borussia Moenchengladbach, dan Hamburg. 

Kalau bicaranya kekinian, lima tim Bundesliga yang barusan saya tulis itu memang tak segahar Borussia Dortmund, apalagi FC Bayern. Hamburg bahkan sampai harus dua kali melakukan laga playoff di dua musim terakhir untuk memastikan nasib mereka tetap bertahan di Bundesliga 1.

Laga kedua FC Bayern kontra Borussia Dortmund di DFB Pokal musim 1965/1966
Saya sendiri adalah pecinta FC Bayern. Sebagai penggemar, saya tentunya mau klub kebanggaan saya terus berada di puncak prestasi, baik di liga domestik maupun di kancah internasional. Tapi kalau untuk mengklaim laga FC Bayern gegen Borussia Dortmund sebagai Der Klassiker, secara pribadi saya masih 100 kali berpikir.

Mengadopsi Kata dari La Liga

Sejak tahun 1990-an, setiap laga di Bundesliga sudah dianggap sebagai laga klasik karena mengikuti rangkaian sejarah Bundesliga. Tapi bukan khusus laga FC Bayern kontra Borussia Dortmund. Kata ini sesungguhnya mengadopsi kata dari tanah Spanyol yang mencap laga Real Madrid vs FC Barcelona sebagai El Clasico. Dan baru benar-benar diadopsi di tanah Jerman di tahun 2013, saat FC Bayern berjumpa Borussia Dortmund di final Liga Champions (laga final pertama dua klub Jerman) di kompetisi tertinggi Benua Biru.

Pendukung FC Bayern dan Borussia Dortmund berbaur di Stadion Wembley

Di Spanyol, pertemuan Real Madrid dengan FC Barcelona disebut sebagai laga El Clasico karena banyak dasarnya. Pertama karena kedua klub ini adalah penguasa dominan Liga Spanyol yang kali pertama dimulai tahun 1929. Real Madrid sudah 32 kali menjadi penguasa Liga Spanyol, sementara FC Barcelona 23 kali.

Pun demikian, dalam tujuh tahun terakhir FC Barcelona memang lebih mendominasi dengan memenangi lima kali La Liga. Sedangkan Real Madrid hanya sekali di musim 2011/2012 dan satunya lagi direbut Atletico Madrid musim 2013/2014. 

Selain dominasi kedua klub tersebut, Atletico Madrid sendiri memang menjadi klub nomor  tiga terbanyak peraih juara La Liga yakni 10 kali. Sementara di posisi empat adalah Athletico Bilbao sebanyak delapan kali. 

Selain itu, cap El Clasico antara Real Madrid kontra FC Barcelona juga tak lepas dari gejolak politik dengan segala sentimennya. Masyarakat Katalan dengan FC Barcelona-nya sampai sekarang masih berupaya keras untuk merdeka dan memisahkan diri dengan Kerajaan Spanyol yang bermarkas di Madrid.

Sekarang kita kembali ke Bundesliga. Jika acuannya disamakan yakni dalam tujuh tahun terakhir, maka FC Bayern mendominasi dengan empat gelar Deutschermeister. Kemudian Borussia Dortmund sebanyak dua kali yakni musim 2010/2011 dan musim 2011/2012 dan satunya lagi menjadi milik VfL Wolfsburg di musim 2008/2009.

Sementara jika dirunut sejak Bundesliga digulirkan pada musim 1963/1964, FC Bayern sudah 24 kali mengoleksi gelar Deutschermeister. Sementara Borussia Dortmund baru lima kali menjadi Deutschermeister. Gelar pertama Die Schwarzgelben didapat musim 1994/1995 dan berlanjut setahun  berikutnya di musim 1995/1996.

Skor telak kemenangan Gladbach vs Dortmund musim 1977/1978

Secara jumlah, gelar Deutschermeister Borussia Dortmund juga sama dengan milik Borussia Moenchengladbach yakni lima gelar. Satu gelar lebih banyak dari Werder Bremen dan dua gelar lebih banyak dari Hamburg SV.
Ini hitungan era Bundesliga, yah. Jika era sebelum Bundesliga diikutsertakan yakni dari musim 1902/1903, FC Bayern malah cuma sekali kebagian satu gelar juara yakni musim 1931/1932. Sementara Borussia Dortmund dapat tiga gelar yakni musim 1955/1956, 1956/1957, serta musim 1962/1963 yang juga menjadi musim terakhir sebelum konsep kompetisi Bundesliga diberlakukan.

Kompetisi sepak bola Jerman sebelum  era Bundesliga juga lebih menunjukkan dominasi Schalke dan FC Nuernberg. Keduanya sam-sama mengoleksi tujuh gelar juara dari 52 musim penyelenggaraan. Hamburg dapat empat gelar, juga masih lebih banyak dari Borussia Dortmund, apalagi FC Bayern.

Hegemoni Bundesliga

Berkaca dari uraian tulisan saya ini, saya ingin bertanya lagi apakah memang pantas laga FC Bayern melawan Borussia Dortmund dicap sebagai Der Klassiker? Jika dianggap pantas, maka artinya kita harus menghapus hegemoni klub lainnya dalam sejarah sepak bola Jerman. Kita harus hapuskan sejarah dominasi dan persaingan dengan Schalke, FC Nuernberg, Borussia Moenchengladbach, Werder Bremen, bahkan juga Hamburg SV.

Dari sisi emosional, sejarah emosi pendukung fanatik FC Bayern dengan pendukung fanatik Borussia Dortmund juga jauh dari saling benci. Beda halnya jika FC Bayern berjumpa TSV 1860 atau Borussia Dortmund bertemu Schalke. Akan ada lebih banyak risiko bentrokan di luar lapangan jika antisipasi petugas keamanan lemah.

Skor telak kemenangan FC Bayern musim 1971/1972
Bagi saya, stempel Der Klassiker untuk laga FC Bayern dengan Borussia Dortmund sendiri sebenarnya tak lebih dari strategi pemasaran yang dikonsep oleh stasiun televisi. Untuk lebih menaikkan nilai jual dari laga ini. Kebetulan banyak pemain tim nasional Jerman saat ini bermain di kedua klub tersebut. Tapi kembali, dalam pandangan jujur saya, ini bukan laga Der Klassiker. Hanya sebuah laga dari dua klub besar sepak bola di Jerman saat ini. 

Emosi tak berlebihan pendukung Bayern dan Dortmund 
FC Bayern adalah klub besar dengan laporan keuangan bersih dan sehat. Demikian juga dengan Borussia Dortmund. Kedua klub ini juga punya stadion megah dengan nama perusahaan asuransi kelas wahid. Allianz di pihak FC Bayern dan Signal Iduna Group di pihak Dortmund. 

Keduanya juga selalu memberikan tiket murah kepada para pendukungnya untuk datang memberikan dukungan ke stadion. Cuma 15 euro untuk harga tiket berdiri. Datang menonton dan mendukung di stadion. Tak ada benturan emosional yang menyulut keributan di antara pendukung kedua klub tersebut.
Spanduk pendukung Dortmund memprotes kepindahan Mario Goetze ke FC Bayern
Contoh mudahnya adalah kepindahan dua pemain kesayangan Die Borussen ke FC Bayern yakni, Mario Goetze dan Robert Lewandowski. Saat memutuskan pindah ke FC Bayern, kedua pemain ini memang sempat tak disukai oleh sebagian pendukung Dortmund, Tapi itu tak berlangsung terus. Sekarang kondisinya sudah berangsur normal tanpa gejolak apa pun. Bahkan saat keduanya menyambangi Signal Iduna Park dengan kostum FC Bayern.

Robert Lewandowski dan Mario Goetze
Jadi, kalau kembali menurut hemat saya, lupakan saja kata Der Klassiker. Klub lainnya juga pernah membuat hegemoni persaingan ketat lebih dari satu dekade. Dan sejarah sepak bola Jerman bukan cuma FC Bayern dan Borussia Dortmund, klub dengan julukan Si Merah dan Si Kuning Hitam yang duel pertamanya dimulai musim 1965/1966 pada spieltag 8. 

Kami adalah Bayern Muenchen dan mereka adalah Borussia Dortmund. Cuma itu saja, tak lebih!